Kamis, 28 Februari 2008

AGAR HIDUP BERMAKNA

Tiba-tiba saja hidup jadi tak menentu. Segala daya dan upaya yang dilakukan seolah percuma. Kemanakah gerangan semua itu? Mengapa lenyap tak berbekas? Kecuali sesal, tak ada jawaban. Sungguh malang diri yang akhirnya teraniaya

Kehidupan yang bergulir dari waktu ke waktu memang sering luput dicermati. Lalu menjadi kebiasaan yang menjenuhkan belaka. Hampa, bahkan bagi mereka yang merasa berhasil meraih kesuksesan, harta yang melimpah pun tak mampu menciptakan senyum tulus. Alangkah nista.

Kejahilan atas hakikat kehidupan dunia membuat banyak manusia terpedaya.

Mereka keliru melangkah, salah bertindak. Maka yang kemudian melanda adalah bencana dan malapetaka. Berbagai kerusakan yang terjadi, tak lepas dari kesalahan mereka mengekspliotasi kekayaan alam tanpa peduli akibatnya. Hutan-hutan pun meranggas, isi laut terkuras, sumber daya alam terbuang sia-sia. Akibat lebih buruk pun kian menganga. Manusia jadi pemangsa atas manusia lainnya dengan beaneka ragam dalih.

Kelalaian fatal ini mestinya bisa dicegah. Sayang, keengganan untuk menyadari dampak yang timbul menepis setiap upaya perbaikan. Apalagi bila yang merasa berkuasa adalah orang-orang sombong dan takabur, yang tidak mau mengakui bahwa alam semesta ini adalah milik Allah Azza wa Jalla. Mereka ingkar terhadap peringatan Allah SWT untuk menjaga alam semesta ini dengan sebaik-baiknya. Padahal Allah SWT memerintahkan kita untuk menciptakan kemaslahatan hidup di dunia agar dapat dapat memetik kebahagiaan di akhirat. Allah Maha Pencipta juga mengingatkan kita tentang balasan dari setiap perbuatan di dunia, ” Siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula,” (QS al-Zalzalah:7-8).

Al-Qur’an juga mengabadikan nasehat Luqman al-Hakim kepada putranya tentang hal ini. ”(Luqman berkata), ’Hai nakku, sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) sebesar biji sawi, dan berada di dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkan (balasan)nya . sesungguhnya Allah Maha halus lagi Maha Mengetahui,”(QS Luqman: 16).

Peringatan ini jelas tidak boleh kita abaikan. Banyak fakta menunjukkan berbagai kerusakan diawali dengan perbuatan yang dianggap sepele. Membuang sejumput sampah sembarangan mulanya, lalu tiba-tiba menimbulkan banjir bandang yang menelan banyak korban. Merusak dan menebang ranting pohin tadinya, lalu tiba-tiba hutan jadi gundul, terbakar, dan akhirnya hancur, tak bisa ditanam lagi. Begitu juga dengan kebiasaan buuruk yang dibiarkan begitu saja.

Berbekal pemahaman pada hakikat kehidupan ini, marilah kita semua menguatkan tekat untuk senantiasa beramal shalih dan menjauhi perbuatan yang merusak. Ya, siapapun kita, dimana pun, kapan pun, dan dalam kondisi bagaimana pun. Dengan demikian, hidup ini akan lebih bermakna. (disadur dari majalah sabili)

Tidak ada komentar: